Atas apa yang tersisa
Ku goreskan sebuah tinta air mata
Menuliskan sajak,
Semata untuk bumi tercinta
Bumiku,
Gelisah aku mendengar kabarmu
Semestamu merintih tanpa diperdulikan
Suara tangis serentak menggema telingaku
Mengiris hati dengan penuh pilu
Aku malu,
Tak bisa merawatmu dengan sebaiknya waktu
Apakah kau merasa diabaikan?
Hingga lautmu menyapu daratan
Anginmu berhembus tak karuan
Lempeng‐lempeng bumimu berdesahan
Bentala,
Apa ini sebuah petaka?
Untuk kita yang mengaku dunia sebagai surga,
Apakah ini sebuah karma?
Untuk kita yang tak pernah peduli pada semesta,
Yang begitu megah dan istimewa,
Yang tak pernah membuat kecewa saat berkelana,
Yang menjadi nuansa paling nyata,
Yang menawarkan panorama begitu jelita,
Kini,
Erat dengan cerita
Menjadi pusaka tanpa sandiwara.
Ku goreskan sebuah tinta air mata
Menuliskan sajak,
Semata untuk bumi tercinta
Bumiku,
Gelisah aku mendengar kabarmu
Semestamu merintih tanpa diperdulikan
Suara tangis serentak menggema telingaku
Mengiris hati dengan penuh pilu
Aku malu,
Tak bisa merawatmu dengan sebaiknya waktu
Apakah kau merasa diabaikan?
Hingga lautmu menyapu daratan
Anginmu berhembus tak karuan
Lempeng‐lempeng bumimu berdesahan
Bentala,
Apa ini sebuah petaka?
Untuk kita yang mengaku dunia sebagai surga,
Apakah ini sebuah karma?
Untuk kita yang tak pernah peduli pada semesta,
Yang begitu megah dan istimewa,
Yang tak pernah membuat kecewa saat berkelana,
Yang menjadi nuansa paling nyata,
Yang menawarkan panorama begitu jelita,
Kini,
Erat dengan cerita
Menjadi pusaka tanpa sandiwara.
Komentar
Posting Komentar