Atas apa yang tersisa Ku goreskan sebuah tinta air mata Menuliskan sajak, Semata untuk bumi tercinta Bumiku, Gelisah aku mendengar kabarmu Semestamu merintih tanpa diperdulikan Suara tangis serentak menggema telingaku Mengiris hati dengan penuh pilu Aku malu, Tak bisa merawatmu dengan sebaiknya waktu Apakah kau merasa diabaikan? Hingga lautmu menyapu daratan Anginmu berhembus tak karuan Lempeng‐lempeng bumimu berdesahan Bentala, Apa ini sebuah petaka? Untuk kita yang mengaku dunia sebagai surga, Apakah ini sebuah karma? Untuk kita yang tak pernah peduli pada semesta, Yang begitu megah dan istimewa, Yang tak pernah membuat kecewa saat berkelana, Yang menjadi nuansa paling nyata, Yang menawarkan panorama begitu jelita, Kini, Erat dengan cerita Menjadi pusaka tanpa sandiwara.